Pendidikan tingkat akhir di Indonesia adalah perguruan tinggi. Kehidupan di perguruan tinggi berbeda dengan sekolah menengah atas dari fasilitas, cara belajar, jam pembelajaran, sampai tugas yang diberikan. Pada sekolah menengah atas, banyak tugas yang tidak diwajibkan untuk mencari sumber dari buku, jadi seringkali siswa menggunakan media internet agar cepat selesai. Tetapi berbeda dengan pendidikan di perguruan tinggi, untuk membuat suatu makalah mahasiswa diwajibkan untuk merujuk bahan diskusi minimal dari 3 buku. Hal ini yang mendasari bahwa mahasiswa ataupun siswa wajib membaca dan menulis. Kedua hal tersebut merupakan dasar untuk membuat suatu karya tulis.
Menulis merupakan
kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia hampir setiap hari. Jika ada opini
yang menyebutkan menulis itu adalah hal yang sulit, maka pernyataan tersebut
salah. Pada dasarnya semua orang bisa menulis karena merupakan hal yang mudah.
Hanya perlu dua syarat agar kita dapat membuat sebuah tulisan. Yang pertama
adalah tidak buta aksara, apabila kita tidak mengenal huruf maka menyusun sebuah
kalimat akan terasa sangat sulit. Yang kedua adalah membaca. Membaca adalah
suatu kebutuhan bagi kita, khususnya bagi pengetahuan yang kita miliki. Terkadang
muncul pertanyaan di dalam benak kita. Manusia bisa hidup dan bekerja walaupun
tanpa membaca. Memang benar manusia bisa hidup, tetapi kehidupannya tidak
berkualitas karena pemikiran-pemikiran yang kita miliki sangat dangkal. Hidup
kita dikatakan berkualitas apabila terjadi keseimbangan antara pengetahuan dan
pengalaman.
Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation
(UNESCO), pada tahun 2012 minat membaca di Indonesia bernilai 0,001 yang berarti
hanya ada 1 dari 1000 orang yang memiliki kegemaran membaca, dengan keadaan ini
wajar bila Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan minat baca masyarakat
paling rendah di ASEAN. Rendahnya minat baca ini berpengaruh terhadap penulisan
karya, karena bagaimana kita dapat membuat suatu karya jika kajian bahan dalam
pembuatan karya tulis tidak dipahami. Pemahaman ini kita akan dapatkan apabila
kita membaca sumber-sumber pengetahuan.
Artikel, makalah,
laporan penelitian, merupakan beberapa contoh dari karya ilmiah. Dalam
pembuatannya mahasiswa diwajibkan untuk mematuhi aturan-aturan yang telah
dibuat. Misalnya, sistematika penulisan sebuah makalah harus bertahap dimulai
dari kata pengantar sampai daftar rujukan. Tidak hanya itu, bahasa yang
digunakan pada karya ilmiah harus tepat dan sesuai. Tepat berarti tidak salah
dalam menyusun kalimat. Sesuai berarti
tidak menggunakan bahasa gaul, seperti “lagian”, “ga”, dll.
Kemampuan penulisan
karya ilmiah mahasiswa di Indonesia rendah karena dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu kurangnya ilmu yang didapat dari pendidikan awal. Dalam faktor ini
contohnya adalah siswa SMK. Siswa SMK pada pendidikan menengah keatasnya akan
disibukkan oleh kompetensi ahli bidang yang diambil, memang pada SMK bahasa
Indonesia dipelajari tetapi tidak
mendalam. Faktor yang kedua adalah tidak suka membaca. Membaca adalah jendela
dunia. Gemar membaca memberikan banyak ide-ide cemerlang bagi kita. Meskipun
hanya membaca sebuah esai atau makalah, pengetahuan yang diambil sangat
beragam. Faktor yang ketiga adalah manusia modern lebih menyukai audio-visual.
Banyak mahasiswa sekarang yang lebih menyukai kecanggihan teknologi, contohnya
lebih memilih menonton televisi, melihat youtube
atau bahkan sibuk dengan akun media sosialnya dari pada membaca sebuah buku.
Apabila ada pernyataan bahwa media sosial (facebook
atau twitter) suatu pembelajaran untuk pembiasaan menulis, menurut saya
benar. Media sosial merupakan tempat yang bebas, dimana kita bisa
mengekspresikan kata-kata dan tidak adanya aturan yang baku. Jadi, media sosial
adalah tempat untuk menulis tetapi bukan menulis suatu karya ilmiah, hanya
untuk pembiasaan menulis saja.
Kemampuan menulis yang
kurang ini dapat dibuktikan dengan seringnya mahasiswa tidak dapat membuat
karya ilmiahnya sendiri. Contohnya adalah plagiat atau meniru karya tulis milik
orang lain. Selain itu terkadang ada juga mahasiswa yang malas berfikir dan
tugas kuliah diberikan kepada temannya, setelah itu dia memberikan imbalan
berupa uang.
Tidak berhenti disini,
kemampuan dalam membuat karya ilmiah dapat ditingkatkan. Banyak cara
meningkatkan kemampuan itu, salah satunya adalah pemberian motivasi bagi
mahasiswa. Peran dosen sangat berarti dalam faktor ini, banyak dosen yang
sering merangsang mahasiswa dengan cara memberikan tugas yang berkaitan dengan
karya ilmiah. Motivasi yang terbesar adalah motivasi dari dalam individu
tersebut. Sangat berpengaruh apabila ada keinginan dari dalam diri mahasiswa
untuk membaca buku. Cara yang kedua adalah tidak bergantung terhadap teknologi
dan yang terakhir adalah belajar menulis karya popular seperti cerpen ataupun
novel.
Sebagai sebuah
aktivitas akademik, menulis karya ilmiah sangatlah penting. Jadi, mahasiswa
harus dengan giat melakukan dua hal dasar dalam membuat karya tulis, yaitu
membaca dan menulis. Mengurangi faktor-faktor penurunan kemampuan menulis juga
sangat dibutuhkan. Sebagai contoh, mengurangi kegiatan mengunggah status di
media sosial (facebook atau twitter)
dan belajar membuat blog serta membuat tulisan yang bermanfaat bagi orang lain.
Kemampuan menulis juga diharapkan meningkat dengan adanya motivasi dari luar
dan dari dalam diri kita, dan terus belajar berkarya untuk memberikan manfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.